Entry blog Gw kali ini agak menyeramkan dari biasanya. Ini kejadian tadi siang, saat menangani kasus di Kejhe Sewen.
Jadi ceritanya 8.15 a.m. Gw masuk hutan bersama 2 orang lainnya untuk menangani sesuatu. Sampai di site setelah berjalan kaki selama 45 menit. Kemudian Gw melakukan apa yang harus dilakukan di sana. Pada saat kegiatan amat sangat banyak tawon di sana yang menghinggapi kita. Tawon-tawon itu memang ngga tahu diri, hinggap nggak diundang, pas kena gesek sedikit langsung menyengat.
Selama 2 jam di sana nggak kehitung berapa kali gw disengat. Biasanya kalau cuma disengat tawon reaksi Gw cuma gatal-gatal, tapi ternyata kali ini lain. Saking banyaknya sengatan, seluruh tubuh Gw bereaksi dengan venom si tawon, dan terjadi reaksi alergi!!!
Awal yang Gw rasakan adalah gejala gatal di seluruh tubuh. Karena amat sangat nggak nyaman, Gw pamit duluan untuk kembali ke Camp dan ambil CTM. Barang bawaan Gw titip dulu di site supaya bisa cepat sampai Camp, karena gatal mulai nggak kekontrol. Tadinya kepikiran buat minta satu orang temenin Gw balik kw Camp, tapi karena sotoy Gw, nekatlah Gw sendirian ke Camp. Dan Gw salah besar...
Seperempat perjalanan Gw mulai ngerasa sesak nafas. Pikiran Gw pun langsung curiga, jangan-jangan Gw mengalami delayed anaphylactic shock! Gw pun mulai panik, tapi berusaha tenang supaya nggak memperburuk keadaan. Gw sempet berhenti untuk menggaruk seluruh tubuh yang gatalnya makin menggila, sambil berfikir untuk nggak buang-buang waktu.
Kesalahan Gw berikutnya, barang yang Gw tinggal adalah semuanya, termasuk air minum dan snack. Hampir setengah jalan, Gw dilanda dehidrasi. Gw cuma istirahat sebentar, nggak mau buang waktu lebih banyak, melawan rasa lelah yang luar biasa karena sesak nafas.
Setengah perjalanan ditandai dengan adanya jalur trans rimba yang menuju Camp dan sungai kecil. Gw langsung minum dari sana dan beristirahat sebentar. Saat berjalan, Gw merasa sepatu boot yang Gw pake amat berat. Boot itu Gw lepas dan Gw tinggal di pinggir jalan. Pikir Gw, peduli amat, Gw ngga boleh game over di sini!
Sungai tempat Gw minum
Tapi apa mau dikata, 10 meter berjalan kaki setelah membuang Boot, Gw ambruk. Tiap Gw berusaha bangun, mata Gw berkunang-kunang. Gw langsung tahu ada yang nggak beres.
Tempat Gw rebahan. Sekitar 10 meter di depan adalah tempat Gw buang sepatu boot
"Sitmen, hipoglikemia" pikir Gw. Inilah puncak penyesalan Gw nekat balik sendiri. Setengah pasrah, Gw rebahan di jalan. Entah berapa lama Gw berebah, Gw mulai mikir aneh-aneh. Dengan Gw rebahan di situ, Gw berharap orang nantinya nggak susah kalau harus cari Gw.
Gw mendengar semua suara yang awalnya Gw acuhkan. Suara serangga, suara hewan-hewan, suara sungai. Gw sadar, tempat ini adalah apa yang disebut sebagai 'tranquility'. Kemudian Gw sadar, Gw mesti bertahan. Eksistensi Gw bukan cuma milik Gw. Dan juga kelebatan memori saat Gw mendaki Puncak Pangrango, dimana keadaannya sama, hanya saat itu Gw bawa beban yang nggak sedikit, jadi motivasi Gw buat lanjut jalan. Gw harus survive.
Pemandangan yang Gw lihat saat rebahan. Ah, kalau saja nggak lagi nyaris mati...
Akhirnya Gw lanjut. Berjalan hanya memakai kaus kaki sebagai pijakan, Gw memilih lewat bagian jalan yang berlumpur lembut. Sambil mata Gw menyisir tepi jalan, berharap ada arbei hutan yang bisa jadi sekadar energi untuk melangkah satu langkah lagi, yang ternyata cuma harapan kosong. Ngga ada arbei hutan yang lagi berbuah.
Perjalanan Gw ke Camp masih cukup jauh. Gw masih harus melewati dua sungai kecil, mungkin lebih tepatnya parit. Setelah lewat parit pertama, tiba-tiba mata Gw berkunang-kunang lagi. Akhirnya Gw kembali rebahan di tengah jalan untuk mengumpulkan sisa-sisa tenaga. Kali ini juga Gw ngga tahu berapa lama Gw berbaring, tetapi selama berbaring Gw ngga tidur seperti saat pertama. Setelah itu Gw bangun, reaksi anafilaktik makin terasa, karena rasa gatal makin hebat dan nafas Gw makin sesak. Gw tahu batas waktu Gw sebelum shock nggak banyak. Gw bangun dan terus berjalan. Mindset Gw adalah makin cepat sampai Camp, makin cepat Gw bisa istirahat. Gw cuma berhenti sejenak di parit kedua untuk minum.
Parit tempat minum. Lumayan daripada lumanyun.
Gw terus berjalan sampai Gw lihat pohon kering yang amat besar yang ada di kiri kanan jalan, yang merupakan pertanda bahwa Camp akan terlihat di tikungan berikutnya. Entah kenapa, pohon itu terlihat amat majestic. Mungkin karena warnanya yang putih seperti pualan, atau karena dua pohon tersebut memberitahu dengan kehadirannya bahwa Camp sudah dekat, entahlah.
Such trees, much majestic~
Setelah Camp terlihat, Gw mempercepat langkah dengan sisa-sisa tenaga terakhir. Saat sampai Camp Gw langsung buka kaus kaki yang sudah basah oleh lumpur dan kembali berbaring sejenak. Kemudian Gw langsung bangun dan terhuyung-huyung ke tempat penyimpanan obat dan mencari CTM. Setelah ketemu, Gw langsung tenggak satu pil, ganti baju dan kemudian bergulung di tempat tidur. Gw melihat jam, 1.00 p.m., yang berarti Gw berjalan sampai Camp memakan waktu 2 jam.
Nggak lama Gw bangun lagi karena Gw masih harus membreskan hipoglikemia Gw. Gw pun menyeret badan Gw untuk bikin teh manis. Saat sedang bikin teh manis, Gw sempat jongkok dua kali karena mata Gw makin berkunang-kunang. Setelah itu Gw kembali ke tempat tidur setelah menyeruput sedikit teh manis tadi.
Gw cuma bergulung di tempat tidur, berusaha untuk nggak menahan gatal yang makin menjadi karena obat yang belum bereaksi. Belum lagi sesak nafas yang membuat apapun posisi berbaring terasa tidak nyaman. Hipoglikemia dikombinasi dengan sakit kepala yang melanda saat Gw sampai di Camp membuat Gw nggak sadar perjalanan waktu. Saat Gw lihat jam, sudah hampir jam 4 sore. Karena nafas yang masih sesak akhirnya Gw meminta OxyCan. Setelah beberapa kali hirup, nafas Gw lumayan plong. Kemudian Gw juga minta beberapa snack sebagai pengisi energi, karena dalam keadaan sekaran Gw susah makan nasi. Sekarang pun Gw masih lemes, tapi seenggaknya udah jauh lebih baik.
Demikian tulisan Gw, kalau ada yang nggak percaya ya tak apa.
Percaya atau nggak, Gw masih hidup.
-4.44 pm, KJ7-
No comments:
Post a Comment