Saturday 21 September 2013

Exorcism and Quantum Theory

Yang satu mistis, yang satu sains. Bagaimana kedua hal ini bersatu? Jawabannya mungkin baru aja Gw temukan di Borneo...

(Dari www.theofantastique.com)

Awal kisah, kemarin malam Gw diajak buat ke rumah seorang karyawan BOSF Samboja yang sedang berulang tahun. Di sana kita makan-makan dan ngobrol. Kemudian seorang tamu bicara ke temannya bahwa minta tolong untuk dicarikan dompet temannya yang hilang, permintaan yang menurut saya biasa-biasa saja. Kemudian tamu tersebut, yang ternyata dipanggil Pak Tua, mengambil minyak wangi. Awalnya Gw pikir dia akan memijat temannya itu, karena memang dia sedang bengkak kakinya. Pijatan dilakukan lembut di daerah tengkuk, dan kemudian orang yang dipijat kejang-kejang! Setelah itu baru Gw tahu bahwa permintaan tolong tadi adalah untuk menjadi mediator yang akan memanggil makhluk yang dapat menolong. Dari pembicaraan Pak Tua dengan mediator Gw tahu nama makhluk tersebut adalah Singo Barong.

Topeng Reog yang menggambarkan Singo Barong (reogponorogojakarta.blogspot.com)

Kemudian dilakukanlah penerawangan oleh Pak Tua dan Singo Barong. Tetapi terdapat kendala karena Singo Barong tidak dapat berbicara. Akhirnya Singo Barong dikeluarkan, kemudian majulah mediator lain, seorang wanita. Makhluk yang merasukinya adalah Nenek Sulis. Dia mati pada usia 15 tahun dan telah berumur lebih dari 200 tahun. Jika ada yang pernah mendengar tawa kuntilanak asli, saya adalah salah satunya. Nenek Sulis senang bercanda dan lebih enak diajak mengobrol, hal ini mengurangi kengerian saya atas tawanya yang dilakukan pada awal dia masuk. Lalu dilakukan penerawangan dan dilihat dompet tersebut serta orang yang menemukannya (dompet tersebut terjatuh di jalan). Pak Tua kemudian meminta agar orang tersebut dibuat mengembalikan dompetnya dengan cara dibuang di satu tempat yang telah ditentukan. Setengah jam kemudian orang yang meminta tolong menelepon bahwa dompetnya ditemukan di dekat selokan depan rumahnya.

Oke, tadi adalah bagian mistisnya. Lalu apa kaitannya dengan Teori Quantum?

Bagian yang Gw kaitkan dengan teori quantum adalah saat Pak Tua melakukan penerawangan. Apa yang dilihatnya saat itu adalah hal yang akan terlihat apabila dia berada di tempat yang diterawang. Dalam teori quantum ada yang namanya Quantum Entanglement. Singkatnya adalah ketika dua elektron (A dan B) berada dalam keadaan entangle (nyangkut satu sama lain mungkin bahasa Indonesianya), apa yang terjadi pada elektron A akan terjadi pada elektron B, berapapun jauh jaraknya. Jadi apabila elektron A berputar ke kanan, elektron B akan berputar ke kanan. Hal ini menjadi basic dari Telekomunikasi FTL (Faster Than Light). Secara teori dengan telekomunikasi FTL, komunikasi dapat dilakukan secara real time dari manapun di belahan bumi ini.

Mungkinkah bahwa makhluk yang dipanggil tadi memiliki kemampuan untuk membuat elektron dalam entangled state sehingga dapat dilakukan apa yang dinamakan "penerawangan". Mungkin para peneliti teori quantum tersebut perlu belajar ke Indonesia yang sejak dulu kala memiliki tradisi komunikasi quantum. Warisan budaya yang jauh melampaui pengetahuan para ilmuwan fisika di luar sana. Mungkin waktu akan menjawab, mungkin juga tidak...


Friday 15 March 2013

Drug Addict

Judulnya lumayan noir lah ya, haha. Awal inspirasi dari kisah ini adalah saat Gw nonton National Geographic: Taboo (Narcotic). Kisahnya bakal Gw bagi di sini. Selamat menikmati :)

Jadi, Gw akan ceritakan apa yang Gw tonton. Hal yang diceritakan di sini adalah tentang narkotika, penggunaannya yang tabu di mata masyarakat. Pertama adalah sebuah sekte Gereja yang menggunakan semacam halusinogen saat ibadahnya. Halusinogen ini tidak memberi akibat kecanduan. Halusinasi yang terjadi bisa disamakan dengan efek jamur dari Genus Psylocybe. Kemudian ada penggunaan ganja untuk kepentingan medis. Kalau tau sama Snoop Dog, dia juga punya izin pemakaian ganja untuk alasan medis. Yang terakhir adalah suatu tempat di Kanada yang menyediakan fasilitas bagi pecandu narkotika suntik untuk menggunakan narkotika miliknya. Aneh? Simak ceritanya...

Awalnya di Kanada, tepatnya di Vancouver. Downtown Eastside (DTES) di Vancouver merupakan tempat bagi 4200 pengguna narkotika suntik kronis di tahun 2000. Karena jumlahnya yang besar, DTES dianggap sebagai pusat epidemik narkotika suntik. Overdosis narkotika dan juga penularan HIV karena penggunaan jarum suntik yang tidak steril menjadi masalah kesehatan masyarakat paling umum di daerah ini. Pada tahun 2003 dibukalah InSite, sebuah supervised injection site, yaitu tempat yang bisa dipakai oleh para pecandu narkotika suntik untuk memakai narkotika mereka. Supervised, karena di sini para pecandu diawasi oleh tenaga medis saat memakai narkotikanya. Para pecandu diberi akses untuk mendapatkan jarum suntik baru (yang tentu saja steril), kapas alkohol, pelarut steril, dan benda lainnya untuk menjamin kebersihan dan keamanan pemakaian narkotika suntik. 

"Pada tahun 2003 dibukalah InSite, sebuah supervised injection site, yaitu tempat yang bisa dipakai oleh para pecandu narkotika suntik untuk memakai narkotika mereka"

Walaupun semua sarana untuk memakai narkotika disediakan, tempat ini tidak menyediakan narkotika. Para pemakai harus membawa sendiri narkotika yang akan dikonsumsi. Sejak adanya InSite, kasus overdosis pun mulai berkurang di daerah ini, karena adanya petugas medis yang mengawasi pemakaian narkotika suntik di sana. Antara tahun 2004 hingga 2010 terjadi overdosis di InSite. Tetapi berkat pengawasan terhadap para pemakai narkotika di sini, semua kasus bisa diintervensi sehingga tidak terjadi kematian. Di lantai dua tempat ini terdapat OnSite, yaitu tempat rehabilitasi dan detoksifikasi dari narkotika. Tidak seperti di lantai satu, narkotika tidak diperbolehkan di lantai ini. Lantai ini menyediakan konseling dan perawatan bagi pecandu yang ingin berhenti dan melanjutkan hidupnya.

Yang menarik adalah konsep dari InSite, yaitu tempat bagi para pecandu untuk memakai narkotika mereka. Di manapun, pemakai narkotika adalah pelanggar hukum, sesuatu yang ilegal. Pecandu memakai narkotika secara sembunyi-sembunyi, sehingga injeksi pun dilakukan seadanya, sering hanya menggunakan jarum suntik bekas. Dan karena pemakaian yang tersembunyi, bahaya yang terjadi tidak akan bisa mendapat pertolongan pertama yang memadai, sehingga kasus overdosis yang berakibat kematian menjadi hal umum bagi para pemakai narkotika suntik. Di InSite, para pecandu diawasi saat memakai narkotika. Mereka memastikan prosedur injeksi yang lege artis, cara mengakses vena untuk injeksi, dan juga pertolongan pertama saat terjadi overdosis. Para petugas di sana tidak menghakimi para pemakai narkotika tersebut. Sebaliknya, para petugas di InSite mengakui bahwa para pemakai narkotika tersebut adalah orang-orang yang menarik dan juga menyenangkan. Petugas di sana melihat para pecandu ini sebagai manusia biasa. Para pemakai narkotika itu pun menjadi lebih terbuka pada petugas di sana. Petugas di InSite cukup takjub dengan beban hidup yang ditanggung oleh para pecandu. Walaupun begitu, para pecandu ini tetap dapat tertawa dan bercanda dengan petugas di sana. 

Tidak ada satupun dari mereka yang bercita-cita menjadi pecandu narkotika. Semua pemakai narkotika di sana adalah manusia biasa yang mencari cara untuk mengatasi beban hidup mereka. Salah satu dari pecandu tersebut ada yang terlahir dari seorang Pekerja Seks Komersial (PSK) dan hidup di penampungan. Lainnya mengalami hidup yang tidak kalah pahit. Apa yang mereka lakukan hanyalah cara untuk mencari sejumput kegembiraan di tengah pahitnya kehidupan. Mereka hanyalah manusia biasa yang kehilangan pegangan hidup. Narkotika bukanlah tujuan mereka, tetapi hanya sebuah bentuk pelarian. Tetapi masyarakat melihat narkotika sebagai akhir dari hidup mereka dan menjauhi mereka seakan penjahat.

"Apa yang mereka lakukan hanyalah cara untuk mencari sejumput kegembiraan di tengah pahitnya kehidupan"

Apa yang dilakukan di InSight adalah memanusiakan manusia. Mereka memberi jaminan keamanan bagi para pecandu saat mereka sesaat melarikan diri dari pahitnya dunia. Dan saat mereka melebihi batas, para petugas ada untuk menolong. Saat mereka mengalami overdosis di InSight, petugas secara sigap membantu memberi pertolongan darurat. Setelah terlepas dari cengkeraman maut akibat overdosis, banyak dari mereka yang melihat dirinya di cermin dan merasa bahwa ini adalah saatnya mereka untuk berhenti. Mereka yang ingin berhenti dari kecanduannya akan mendapat pertolongan di OnSite, tempat rehabilitasi narkotika yang berada di lantai dua InSite. Mereka akan mendapatkan konseling, fasilitas detoksifikasi dan bimbingan untuk kembali ke masyarakat dan melanjutkan hidup.

Terkadang stigma yang terlanjur terpatri di benak kita akan mempengaruhi cara kita berfikir. Secara umum kita akan mengasosiasikan pecandu narkotika dengan penjahat dan pelaku kriminal lainnya. Padahal ini hanyalah sebuah bentuk pelarian dari pahitnya kenyataan. Mereka pun butuh perhatian dan bimbingan. Ini juga menjadi pelajaran bagi kita tentang pentingnya memiliki pegangan dalam hidup. Para pecandu narkotika kehilangan pegangan hidup dan memakai narkotika sebagai solusi sementara bagi masalah yang permanen. Jika kita memiliki Tuhan sebagai pegangan hidup, niscaya sesulit apapun hidup akan dapat kita lalui dengan keyakinan pada-Nya. Membimbing mereka yang kehilangan pegangan hidup adalah tugas kita yang telah terlebih dahulu diselamatkan menuju jalan-Nya. Tidaklah patut kita yang hanya seorang manusia menghakimi manusia lainnya, karena sebaik-baiknya Hakim adalah Tuhan YME. Cara kontroversial yang dilakukan oleh InSight terbukti memanusiakan manusia dan membimbing mereka yang ingin berubah menjadi lebih baik.




Semoga tulisan ini membuka mata kita.

Friday 8 March 2013

Cost of Humanity

Cerita ini Gw tulis setelah Gw pulang dari Bogor. Gw merasa perlu berbagi cerita ini karena mungkin suatu saat kalian bakal ngalamin. Atau lebih parah, kalian yang bakal jadi tokoh utama ceritanya...

Gw akan ceritain dari awal, kenapa Gw ke Bogor, kapan, dan semua sampai kejadian yang Gw alamin yang menurut Gw hikmahnya terlalu banyak buat disimpen sendiri. Karena kisah ini, semua yang Gw ceritakan, adalah cerminan masyarakat kita.

Awal Gw ke Bogor adalah saat Jum'at pagi. Gw ditelepon oleh seorang dokter hewan (drh) kakak kelas Gw, ditanya tentang CV dan surat lamaran Gw (Gw sedang dalam tahap lamaran kerja). Gw bilang kalau Gw baru sembuh dari sakit, jadi baru liat lowongannya. Lalu Gw berjanji dalam 1 jam akan Gw kirim CV dan surat lamaran Gw via e-mail. Jam 11 siang Gw ditelepon oleh drh kakak kelas Gw ini untuk memastikan jadwal wawancara. Setelah berbicara beberapa menit, akhirnya kita sepakat buat ketemuan dulu di Taman Koleksi Kompleks IPB Baranangsiang. Setelah sholat Jum'at Gw berangkat ke Bogor pake motor, dan sampai di sana jam 3 sore. Setelah bertemu dengan drh kakak kelas Gw, Gw dibawa ke Botani Square buat wawancara. Sekitar jam 5 wawancara selesai dan kita berpisah.

Dari sinilah cerita sebenarnya dimulai. Saat Gw mau pulang dan mau menyeberang dari Botani Square ke IPB, Gw melihat seorang nenek tua berbaju hijau berjalan gontai. Baru setelah Gw perhatikan, di tubuhnya terdapat banyak luka. Di atas sikunya, kulit terkelupas sekitar 5 senti lebih, di atas belikat kiri ada luka baret sepanjang kira-kira 10 cm, di atas belikat kanan juga ada luka, tapi lebih kecil. Kemudian di jari kaki juga ada luka. Awalnya dia keliatan kayak mau duduk, tapi tiba-tiba hampir terjatuh. Refleks lah Gw, Gw pegangin biar bisa duduk. Ternyata dari tadi orang-orang ngeliatin, tapi nggak bertindak apa-apa. Akhirnya setelah Gw kontak dengan si nenek, orang lain pun mendekat.

"Ya Allaah, ini nenek kenapa :'("

Plot twist: si nenek nggak bisa bahasa Indonesia, dia cuma bisa bahasa Sunda. Bertanyalah Gw sama kerumunan, adakah dari mereka yang bisa bahasa Sunda. Akhirnya seorang cewe maju dan bertanya pada nenek itu. Dia menanyakan dari mana nenek itu berasal dan mau ke mana. Tetapi nenek itu meracau ke sana ke mari. Orang-orang yang berkerumun merasa kasian dan memberi uang yang dikumpulkan ke Gw dan meminta Gw memberikan ke nenek itu. Nenek itu dapet lumayan banyak donasi dari orang-orang. Orang-orang yang kebingungan pun satu persatu pergi. Gw kasian liat si nenek, jadi Gw balik lagi ke dalem Botani Square dan pergi beli Betadine, kassa steril, dan plaster. Terus Gw lari lagi ke depan buat nyari itu nenek dan sedikit ngebersihin lukanya. Nenek itu diajak jalan ke suatu tempat sama satpam. Gw samperin lah itu satpam karena agak sedikit skeptis, selain karena mengingat luka si nenek yang cukup parah, sambil bilang "pak saya mau ngobatin lukanya, saya dokter." Si satpam awalnya ragu, tapi pas disebut kalau Gw dokter, dia nurut (Gw emang dokter loh. Dokter hewan juga kan bisa ketimbang bersihin luka aja). Akhirnya Gw temenin itu nenek, dia jalan nggak karuan ke mana-mana. Waktu Gw ikutin di belakangnya, baru keliatan kalau ada bekas darah yang mengering dari kepalanya. Ya Allaah, ini nenek kenapa :'(

"Dude! Ini nenek jalan aja udah susah! Lw malah nyuruh Gw waspada. Waspada dari apa? Keegoisan lw? Ketidakpedulian lw? Bullshit!"

Si nenek antara nggak mau atau nggak ngerti waktu Gw bilang mau bersihin lukanya. Ini karena Gw ngga bisa bahasa Sunda. Si nenek cuma pake baju selembar, jadi hati-hati Gw pakein jaket Gw ke si nenek. Selama Gw nemenin si nenek jalan, orang-orang di sekitar Gw cuma ngeliatin aja. Bahkan ada yang ngasih Gw peringatan buat waspada sama barang bawaan Gw. Dude! Ini nenek jalan aja udah susah! Lw malah nyuruh Gw waspada. Waspada dari apa? Keegoisan lw? Ketidakpedulian lw? Bullshit! Setelah Gw temenin berjalan berputar-putar, jam 6 si nenek balik lagi ke IPB BS. Karena pandangan mata yang sepertinya tidak sampai 2 meter, dia berjalan ke arah portal keluar. Untung bapak satpam penjaga pos pengertian dan membuka portal. Langsung bapak satpam itu saya minta untuk menghubungi Dompet Dhuafa yang nomornya saya dapat dari Poppy (thanks dear :*). Si bapak menghubungi, tapi nomor Dompet Dhuafa Jawa Barat tidak dapat dihubungi. Akhirnya Gw kembali mengejar nenek itu. Gw pun ngobrol dengan satpam lainnya untuk menjaga agar nenek itu tetap dipantau, karena Gw akhirnya cuma sms Dompet Dhuafa dan berharap akan ada yang datang ke sana. Lalu Gw pergi sebentar buat tanya di mana mesjid, karena waktu Maghrib udah tiba. Setelah tau, waktu mau cari nenek itu lagi, dia udah nggak bisa ditemuin lagi. Mungkin satpam buka gerbang belakang supaya si nenek bisa keluar. Entahlah...
Akhirnya setelah itu Gw shalat Maghrib dan berdoa supaya itu nenek nggak kenapa-kenapa. Lalu Gw pulang lagi ke Jakarta.

Apa yang mau Gw bagi di sini? Pertama, kekecewaan Gw pada sebagian besar masyarakat. Ada nenek kayak gitu dan lw cuma melihat dari jauh? DAN INI TERJADI DI ANTARA IPB DENGAN BOTANI SQUARE, PERBATASAN ANTARA KAUM INTELEK DAN KAUM BERKECUKUPAN. Apakah mereka kaum intelek hanya bisa melihat? Proposal penelitian begitu rumit terpikirkan oleh mereka, tapi hal seperti ini? Dan mereka yang berkecukupan, apakah sekadar memberi uang pada nenek itu menyelesaikan masalah? Nenek itu bahkan tidak mengerti jika dirinya harus dirawat. Uang bukan segalanya. Kedua, kekecewaan Gw pada diri Gw sendiri. Andai Gw saat itu sudah kaya, pastinya akan ada lebih banyak lagi yang bisa Gw lakukan. 

"DAN INI TERJADI DI ANTARA IPB DENGAN BOTANI SQUARE, PERBATASAN ANTARA KAUM INTELEK DAN KAUM BERKECUKUPAN"

Ya Allah, muslim yang kuat lebih baik dari muslim yang lemah. Kuat dan lemah ini bisa apa saja, termasuk ekonomi. Kalau rezeki Gw lebih, pasti nenek itu sudah dirawat di RS PMI yang notabene dekat dari lokasi. Pasti keadaan si nenek bakal jauh lebih baik. Inilah motivasi utama Gw untuk kuat secara ekonomi; agar ngga cuma membantu dengan doa, tapi juga materi. Ketiga, stigma buruk ketika akan menolong orang. Ada yang ingin menolong, tetapi takut jika yang ditolong adalah penipu. MasyaAllah, jika niat kita baik, InsyaAllah akan ada pertolongan dan perlindungan dari Allah. Dan menganggap nenek seperti itu bisa menipu, sungguh kejam. Jika akan mencuri, di mana dia akan menaruh barang curiannya? Bajunya saja hanya sebuah dress hijau. Berjalan saja susah, apalagi berlari.

Akhir kata, Gw berharap semoga kisah yang Gw bagi ini bermanfaat. Mohon buat temen-temen yang baca cerita ini untuk dibagi ke teman lainnya, mungkin ada yang melihat nenek itu. Dan juga agar kita tidak menjadi orang yang dibutakan oleh kepintaran dan harta kita.

Nek, semoga kamu selamat. Maafkan aku yang tidak mampu melakukan apapun :'(

Saturday 2 March 2013

Pelantikan Satli

Nah ini dia. Welcoming party punya Himpro Satwaliar FKH IPB. Kayaknya gw ngga pernah ngelewatin pelantikan dari angkatan 44 sampe 48. Pelantikan kali ini diadakan di bumi perkemahan Barubolang, TN Gn. Pangrango. Acaranya tanggal 23-24 Februari 2013.

Suasana sebelum keberangkatan.

Liat time stamp-nya? Yap, jam 2 pagi. Seumur-umur, ini paling pagi kita berangkat buat pelantikan. Salut deh buat calon anggota Satli dan panitia serta senior lain yang ikutan pagi-pagi ini.

Jam 3:55 kita sampai di titik terjauh truk bisa masuk.

Yap, kita ke sana naik truk. Kenapa truk? Karena kalau nyewa avanza mahal Supaya kita bisa lebih berbaur sama temen-temen satu truk. Dan juga lebih murah,, hahahaha...

Outbound di sungai. Sampe-sampe muka ngga kekontrol.

Kegiatan di sana bermacam-macam. Ada outbound, pengenalan satwaliar dan yang berkaitan, dan pengenalan medan pengamatan.
Apa yang paling seru pas di sana? Makannya dong, haha...

Mode dewa, 4 orang makan satu piring penuh nggak sampe 1 menit

Prosesi pelantikan anggota baru dilakukan pagi-pagi setelah jurit malam. Setelah dapet banyak ilmu dan wejangan dari senior, para calon anggota siap untuk dilantik.

Udah pada rapi ni kakaa~ Udah siap buat dilantik

Pelantikan diawali dengan penyematan syal pada anggota baru yang diikuti penghormatan pada bendera Himpro Satwaliar. Penyematan dilakukan oleh para senior yang hadir. Pada saat ini, senior yang hadir berasal dari angkatan 46 sampai 41. Itulah namanya kekeluargaan, yang udah di mana-mana tetep ngusahain dateng :')

Penyematan syal pas giliran gw.

Akhirnya beres sudah rangkaian acara Pelantikan Anggota Baru Himpro Satwaliar FKH IPB. Semoga temen-temen anggota baru bisa membawa Himpro Satli menjadi lebih berjaya.

SALAM LESTARI!

Pojok Random


Pendakian Gunung Gede Gila

Pendakian ini adalah kali ke-dua gw naik gunung. Pendakian pertama yaitu ke puncak Gunung Pangrango Jawa Barat. Gunung Gede sebenernya sebelahan sama Gunung Pangrango. Tapi jangan dibayangin sebelahan macam wc cewek sama wc cowok ya...

Kilas balik pendakian pertama ke Puncak Pangrango bareng member pertama Edelweiss.

Ide pendakian ini awalnya dari ekspedisi ke Pulau Rambut. Irwan ngajak gw buat naik ke Gn. Gede minggu depannya. Karena biarpun udah dokter haji (sebutan drh dari Pulau Rambut. red) gw masih nganggur, gw jabanin lah itu.

Tim pendakian ke Gn. Gede Gila
Atas: Gw, Pandu, Fardy, Ji-Sung, Mursyid, Irwan, Lupa (sori ya :P)
Bawah: Iwan, Deka, dcc (dan carrier-carrier)

Rencana tim bakal berangkat dari Bogor jam 10 malam hari Jum'at. Tapi karena satu dan lain hal, tim jadinya berangkat pagi dan sampe di pos pas subuh. Setelah solat subuh, tim naik ke pos untuk melapor dan menyerahkan Simaksi (Surat Izin Masuk Kawasan Konservasi). Kita berangkat dari Gn. Putri.
Perjalanan dimulai dari tangga penyiksaan. Kenapa penyiksaan? Karena tangga ini bakal bikin kaki melangkah dalam pola yang sama terus menerus (kanan-kanan atau kiri-kiri).

Gerbang masuk ke tangga siksa.

Perjalanan cukup menyenangkan karena jalurnya ternyata nggak sesusah waktu naik Gn. Pangrango. Sebelum dzuhur tim udah bisa sampai di Suryakencana, camping ground di Gn. Gede.

Ngaso dikit boleh lah ya...

Ada aviator lagi di foto di atas. Kenapa? Karena mata adalah aset yang berharga. Kalau bisa dilindungi dari over exposure cahaya, kenapa nggak?

Tujuh orang yang di belakang (sama yang motret jadi tujuh). Deka dan Pandu udah di depan nyari spot bagus buat bangun tenda.

Spot bagus buat diriin tenda. Thx to Pandu dan Deka.

Pas sore ternyata hujan sampe malem. Akhirnya hujan kita laluin di dalem tenda. Malam hari hujan beres, tapi karena dingin, semua tetap berada di dalem tenda sampe pagi -_-
Jam setengah 4, kita berangkat naik ke puncak untuk ngeliat sunrise. Dinginnya bukan maen dah...

Kostum pagi, karena dingin semua dipake.

Naiklah kita ke puncak. Dan seperti perkiraan, nggak cuma kita yang mau liat sunrise. Berbondong-bondonglah orang naik ke atas. Gimana suasana di atas? Liat aja foto-fotonya...

Foto siluet yang keren aja.

Silakan dicicip puncak Pangrango-nya.

Gini deh dinginnya angin, bikin orang-orang pada berbaju lengkap.

Ngga bo'ong dah, di gunung tuh bawaannya laper aja...

Beberapa foto random.

Karena jadwalnya mobil sampai di meeting point jam 2, jam 10 kita sudah mulai turun dari Suryakencana. Dan lagi-lagi, hujan turun dan membasahi kita di jalan pulang...

Persiapan turun

Kita turun dan sempe bawah, ternyata angkot yang ditunggu kena macet. Akhirnya nganggur cukup lama di bawah...

(totally random)

Segitu aja deh tulisan tentang pendakian Gunung Gede Gila. Buat pendaki pemula, medannya cocok buat latihan sebelum naik ke puncak-puncak lainnya di Indonesia.

Ekspedisi Pulau Rambut

Ini ke-2 kalinya gw menyambangi Pulau Rambut. Pulau yang terletak di gugusan Kepulauan Seribu ini merupakan habitat in situ dari banyak burung.

di atas bisa dilihat posisi Pulau Rambut dan pulau-pulau lainnya di Kepulauan Seribu.

naik kapal dari Tanjung Pasir memakan waktu kira-kira 1 jam.

Sebenernya Pulau Rambut nggak jauh-jauh amat. Kalau berenang aja ke sana juga bisa. Tapi ya lumayan, lumayan gila kalo berani berenang ke sana dari Jakarta...

Pengamatan Burung
Kalau ke sana sangat disarankan bawa rayban supaya ngga menderita matanya gara-gara silau. Kasian retina mata kalau kena silau. Pake sunblock juga disarankan di sana. Tapi, kalo ngga item mah ngga seru :P

Salah satu contoh rayban yang disarankan, model aviator. Bisa menutup lebih lebar (sekalian gaya).

Jangan lupa bawa binocular juga buat pengamatan burung.

Menara pengamatan burung. Dari sini bisa liat kanopi yang jadi sarang burung-burung di sini.

Kanopi tempat burung-burung bertengger.

Burung yang bisa diamati di sana ada bermacam-macam. Antara lain yang kita temuin yaitu:

Kowak Malam Kelabu (Nycticorax nycticorax)

Kuntul Besar (Egretta alba)

Kuntul Kecil (Egretta garzetta)

Pecuk Padi Kecil (Phalacrocorax niger)

Bangau Bluwok (Mycteria cinerea)

Ibis Rokoroko (Plegadis falcinellus)

Dan bintang utamanya yaitu...
Elang Laut Perut Putih (Haliaeetus leucogaster)

Sebenernya masih banyak lagi yang bisa diamati di Pulau Rambut. Untuk lebih lengkapnya bisa dilihat di blog punya Esihana. List yang dibuat sangat membantu dalam pembuatan postingan ini ;)

Apa lagi yang keren di sini? Waktu jalan-jalan di dalem hutannya, di bawah sarang ribuan burung, kita nemuin anak kuntul besar yang baru aja mati.

Anak Kuntul Besar yang ditemukan mati di bawah sarang.

Karena penasaran dilakukanlah nekropsi (atau mungkin lebih familiar dengan kata 'otopsi') terhadap burung yang ditemukan. Ketahuan deh kalau sayapnya patah dan mati karena kepalanya terbentur. Ini mungkin terjadi karena anak burung ini jatuh dari sarangnya yang cukup tinggi. Case closed.

A la Tourist
Enaknya jalan-jalan ke pulau kayak Pulau Rambut adalah kita nggak usah takut kelaparan. Sedikit usaha sudah bisa mengisi perut kita. Apa saja cara mencari makan di sini?

Memancing
Memancing bisa jadi pilihan kita buat mengumpulkan makanan di sini. Kita bisa memancing ikan dan cumi-cumi di sini. Kalau beruntung kita bisa dapet gurita (dan kita lagi beruntung waktu itu, aaaw yeaaaaah).

Tim lagi nyiapin umpan buat memancing cumi-cumi.

Memancing cumi-cumi itu gampang-gampang-susah juga. Gampangnya karena tinggal lempar, gulung, lempar, gulung. Susahnya adalah membuat cumi-cumi tertarik dengan umpan kita.

Umpan buat mancing cumi-cumi. Norak buat kita, tapi menarik buat cumi-cumi.

Pas mancing, kita nggak cuma dapet cumi-cumi, tapi juga dua ekor gurita! Biarpun cuma segede bola golf tapi lumayan daripada nggak ada, haha.

Titit Laut
Haha, tergoda buat nulis judul kayak gitu. Semalas-malasnya manusia, di Pulau Rambut masih bisa makan. Makan apa? Ini dia

Teripang pasir alias Holothuria scabra.

Jijik dengan bentuknya? Gw jamin lw akan nyesel kalo nggak nyobain rasanya. Di tangan yang tepat, teripang bisa diolah menjadi lebih enak dari kikil sapi.

Bulu Babi
Yap, bulu babi bisa juga jadi sumber makanan di sini. Itung-itung juga balas dendam buat mereka yang udah ketusuk sama durinya yang bikin panas dingin itu.

Yang dimakan bagian tengahnya, yaitu telur bulu babi.

Walaupun katanya enak, tapi sayangnya pas kita di sana telurnya belum pada mateng. Huuuu~ kecewa~

Tambahan deh, paket snorkeling yang mengiris hati T_T. Not reccommended buat snorkeling di Pulau Rambut. Mahal ngga sebanding sama pengalamannya.

Muka-muka innocent sebelum tau ditipu sama abang2 dengan celana legging.

Closing statement
Apapun kegiatannya, entah itu pengamatan burung ataupun cuma jalan-jalan, Pulau Rambut patut menjadi pilihan buat dikunjungi. So, silahkan dicoba ;)

SALAM LESTARI!

Terima kasih kepada Faisal Travel, ini pertama kalinya kunjungan Satli naik Avanza, hahaha